Saturday, November 7, 2020

Biografi Joe Biden, Presiden Ke-46 Amerika yang Gagap

Siapa yang tidak mengenal Joe Biden. Joe Biden pernah menjadi wakil presiden di era Barack Obama. Ia pernah mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 1988 dan 2008 namun mengundurkan diri dalam kedua-dua kesempatan tersebut. 

Pada tahun 2020 kali ini, Joe Biden mengambil langkah mencalonkan diri sebagai presiden melawan Donald Trump, sampai akhirnya Joe Biden mengalahkan Donald Trump. Kemenangan ini menjadikan Biden sebagai presiden AS yang ke-46, dan presiden tertua di Amerika dengan usia yang menginjak 78 tahun. 

Bersama Kamala Harris sebagai wakil presidennya, Joe Biden menang di 23 negara bagian. Joe Biden resmi terpilih jadi presiden Amerika ke-46, dia akan jadi presiden pertama yang punya kekurangan dalam berbicara di depan publik, yakni gagap. 

Berikut ini biografi lengkap Joe Biden Presiden ke-46 Amerika.

Pemilik nama lengkap Joseph Robinette, yang lebih dikenal dengan nama Joe Biden, Jr. , lahir di Scranton, Pennsylvania, 20 November 1942. Terlahir dari pasangan blasteran Irlandia-Prancis, Joseph R. Biden, Sr. dan Catherine Eugenia Finnegan. Ia anak sulung dari 4 bersaudara dan dibesarkan dengan agama Katolik Irlandia.


Masa Muda
Ayah Joe Biden adalah seorang penjual mobil. Namun saat kota itu mengalami masa-masa sulit pada 1950-an, sang ayah kehilangan pekerjaannya. Sang ayah kemudian membawa keluarganya pindah ke Delaware Pada 1961. 

sejak kecil Biden sudah mengalami gagap bicara. Dituliskan Michael V. Uschan dalam biografi, Joe Biden, kegagapannya makin parah semenjak usia sekolah.

“Sejak kecil ia sudah gagap dan tak pernah jadi masalah serius sampai dia mulai sekolah. Sebelumnya, teman-teman dan keluarganya menerima apa adanya dan dia tak merasa malu ketika tiba-tiba berhenti saat bicara. Namun kegagapan Biden semakin buruk di sekolah karena dia gugup bicara di depan orang banyak yang tak dikenal,” ungkap Uschan.

Biden dulu sering jadi korban olok-olok baik oleh teman-teman sekolahnya maupun gurunya. Pernah suatu ketika di masa sekolah dasar di St. Helena School, Pennsylvania, Biden diejek  “Tuan Bu-bu-bu-Biden” oleh kepala biarawati Suster Agnes Constance yang mengajar di kelasnya.

Ejekan itu membuat Biden mengadu pada ibunya. Tanpa pikir panjang sang ibu pun mendatangi sekolah dan mencari biarawati perundung putranya. Dalam memoarnya, Promises to Keep: On Life and Politics, Biden mengenang sang ibu mendatangi sekolahnya dengan membawa Biden dan Frank adiknya yang masih bayi.

Sang ibu langsung melabrak suster di ruang kepala sekolah. Meski Biden menunggu di luar ruangan, ia masih ingat betul pembicaraan itu yang terdengar sampai ke luar. Sang ibu menyela penjelasan yang diberikan suster.

Kurang lebih beginilah percakapan Ibu Biden dan suster biarawati berikut ini.
“Saya tahu itu, Suster, tapi apa yang Anda katakan?”

“Well, Nyonya Biden, saya tidak sungguh-sungguh mengatakan…”

“Apakah Anda mengatakan Bu-bu-bu-bu-Biden?”

“Well, itu tidak relevan, nyonya…”

“Apakah Anda mengatakan Bu-bu-bu-bu-Biden?”

“Ya, Nyonya Biden, saya saat itu sedang menjelaskan…”

“Jika Anda bicara pada putra saya seperti itu lagi, saya akan kembali dan mencabik-cabik kerudung di kepala Anda. Apakah Anda mengerti?” kata sang ibu yang langsung membanting pintu kantor kepala sekolah dengan keras sembari membawa pulang Frankie dan memerintahkan Biden kembali ke kelas.

Setelah pengaduan akibat olok-olok terakhir itu, Biden tak pernah lagi mengadu walau perundungan tetap dialaminya bahkan hingga masa kuliah. Perundungan yang diterimanya terus berlangsung tak peduli Biden merupakan pemuda cakap dalam olahraga American footbal dan bisbol sejak SMA. Julukan-ejekan seperti “Joe Impedimenta” (Joe cacat) atau “Joe Dash” tetap diterimanya.

“’Dash’ (tanda pisah, red.) jadi julukan semenjak saya main American football. Saya memang cepat dan mencetak banyak touchdown. Tapi mereka memanggil saya ‘Dash’ lebih kepada saya bicara seperti kode Morse. Titik-titik-titik-titik-dash-dash-dash-dash,” tambah Biden.

Meski tak pernah mengatasinya dengan terapi, Biden berusaha mengurangi kegagapannya dengan banyak membaca puisi di depan cermin sejak masuk Archmere Academy di Claymont. Kegagapannya berulang-kali tetap muncul hingga ketika Biden menjadi wakil presiden Amerika ke-47 mendampingi Barack Obama (2009-2017).

Biden bukan satu-satunya tokoh politik yang memiliki kegagapan bicara. Jauh sebelumnya, raja Inggris juga mengalami hal yang sama.


Karier Politik

Mengutip dari SCMP,  Joe Biden menjadikan Delaware domain politiknya. Ia telah menghadapi berbagai pasang surut dalam kariernya yang panjang di Washington. Sebagai seorang pemuda, Biden bertugas sebagai penjaga pantai di lingkungan mayoritas kulit hitam.

Sebuah pengalaman yang katanya mempertajam kesadarannya tentang ketidaksetaraan sistemik dan memperkuat kepentingan politiknya.

Ia lulus dari Archmere Academy di Claymont, dan pada 1965 dari University of Delaware di Newark. Ia kemudian meneruskan pendidikan ke Syracuse University College of Law, lulus pada 1968.

Joe Biden mencapai panggung nasional pada usia 29 tahun, dengan kemenangan mengejutkan Senat AS di Delaware pada tahun 1972.

Dia tercatat sebagai salah satu senator termuda dan menghabiskan lebih dari tiga dekade di majelis tinggi sebelum menjalani delapan tahun sebagai wakil Barack Obama.

Sebagai senator selama lebih dari 30 tahun, Biden dikenal menjalin aliansi yang tidak mungkin dan seperti Trump, ia tak begitu mengikuti naskah.

Pada 1987, Biden mengikuti perlombaan pertama kalinya untuk Gedung Putih. Sebelum maju Pilpres AS 2020 ini, Joe BIden ialah mantan Wakil Presiden AS yang mendampingi kepemimpinan Barack Obama.

Saat itu, Biden didukung oleh citranya sebagai pria gagah berusia 40-an dan mulai menjadi favorit di antara banyak orang di partainya.

Tapi dia jatuh dengan gaya yang memalukan setelah membuat serangkaian pernyataan yang berlebihan tentang masa lalunya dan skandal tentang bagian-bagian yang dijiplak dalam pidato kampanyenya.

Pada 2008 dia hampir tidak bernasib lebih baik, keluar setelah mengumpulkan kurang dari satu persen suara di kaukus Iowa.

Ketika dia mengumumkan pencalonannya pada tahun 2019, Biden mengatakan, kepresidenan Trump telah mempertaruhkan "segala sesuatu yang telah membuat Amerika Great"


Kehidupan Pribadi
Pada 1966 ia menikahi Neilia Hunter  mahasiswi Syracuse University. Mereka dikaruniai 3 anak, Joseph R. III (Beau), Robert Hunter, dan Naomi. 

Pada 1972, Joe Biden menghadapi hal yang tidak terpikirkan. Sang istri Nellia dan putrinya yang berusia satu tahun, Naomi, tewas dalam kecelakaan mobil saat mereka sedang berbelanja Natal, tidak lama setelah ia terpilih menjadi senator pada 1972. 

Dia ditinggalkan sendirian untuk membesarkan kedua anaknya yang masih kecil, kedua anak laki-lakinya juga menderita luka berat dalam kejadian tersebut. 

Setelah beberapa tahun berlalu sang putra, Beau mengikuti jejak ayahnya ke dalam politik, menjadi jaksa agung Delaware.

Namun bintang yang sedang naik daun dari Partai Demokrat itu meninggal karena kanker otak pada 2015 pada usia 46.

"Itu tidak pernah hilang," kata Biden tentang rasa sakit yang ada dalam dirinya sejak kehilangan Beau.

Tragedi itu mencegahnya mencalonkan diri sebagai presiden pada 2016.


Biden bertemu istri keduanya, Jill Tracy Jacobs, pada 1975 saat Jill sedang dalam proses menceraikan suami pertamanya ketika dia bertemu Biden dan mereka menikah dua tahun kemudian Pada 1977. Mereka dikaruniai satu anak, bernama Ashley yang lahir pada tahun 1981.

Saat membesarkan anak-anaknya, Jill Biden  juga memperoleh dua gelar Master. Sampai saat ini Joe Biden memiliki 7 orang cucu bernama Natalie, Robert Biden II, Naomi, Finnegan, Maisy, dan dua lagi yang namanya dirahasiakan.

Joe Biden akhirnya akan mendapatkan gelar doktor di bidang pendidikan dan mengajar di Northern Virginia Community College.

Jill Biden juga mengambil peran sebagai wanita kedua pada 2009 ketika suaminya menjadi Barack Obama wakil presiden.

Dia berpartisipasi dalam acara penting bersama mantan Ibu Negara Michelle dan mengembangkan gaya berbicara di depan umum yang nyaman.

Putra Biden yang lain, Hunter, telah berjuang melawan kecanduan alkohol dan obat-obatan dan dikeluarkan dari Angkatan Laut AS pada 2014 setelah tes positif untuk kokain.

Dari 2014 hingga 2019, ketika ayahnya menjabat sebagai wakil presiden era Barack Obama, Hunter bertugas di Dewan Direksi Burisma, sebuah perusahaan gas Ukraina.

Joe Biden menjadi fokus serangan Presiden AS Donald Trump menjelang pemungutan suara 3 November. Trump menuduh Joe Biden mengupayakan pencopotan jaksa penuntut utama Ukraina untuk melindungi Hunter dari penyelidikan korupsi.


Kekayaan

Biden disebut "Joe Kelas Menengah", tetapi ia sebenarnya adalah seorang jutawan.

Sejak Biden meninggalkan kantor publik, pendapatannya melonjak berkat penawaran buku dan tur publisitas yang menguntungkan.

Menurut dokumen keuangan yang dirilis pada 2019, Biden dan istrinya, Jill, menerima lebih dari 15 juta dolar Amerika.

Pada tahun yang sama, Forbes melaporkan, kekayaan Bidens termasuk "dua rumah Delaware senilai 4 juta dolar Amerika, uang tunai dan investasi senilai 4 juta dolar Amerika atau lebih dan pensiun federal senilai lebih dari 1 juta dolar Amerika.

Buku pertama Biden, yang menceritakan kematian putranya Beau karena kanker, sempat menduduki puncak daftar buku terlaris pada 2017.

Dia dan istrinya juga mengerjakan dua proyek buku lainnya.

Biden memperoleh 540.000 dolar Amerika sebagai profesor di Penn Biden Center for Diplomacy and Global Engagement Universitas Pennsylvania.

Jill Biden menghasilkan setidaknya 700.000 dolar Amerika dalam ceramahnya sendiri.

Per ceramah, Biden menerima 100.000 dolar Amerika, tetapi yang diungkapkan pada 2019 menunjukkan, beberapa penampilan Biden dihargai dengan kisaran 40.000 dolar Amerika.

Pengungkapan keuangan Biden sebelumnya, yang diajukan pada tahun 2016 selama tahun terakhirnya sebagai wakil presiden menunjukkan, bahkan setelah delapan tahun dengan gaji pemerintah sebesar 230.000 dolar Amerika per tahun, Biden memiliki hutang pribadi yang signifikan.

Biografi Joe Biden, Presiden Ke-46 Amerika yang Gagap Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Andita

0 comments:

Post a Comment