Tuesday, March 12, 2019

Agus Salim, Pejuang Kemerdekaan dan Diplomat Yang Menguasai Banyak Bahasa

Agus Salim adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang terkenal dalam sebuah organisasi bernama Sarekat Islam. Laki-laki yang lahir pada hari kedelapan bulan Oktober tahun 1884, Agus Salim lahir dari pasangan Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. jabatan terakhir ayahnya adalah Jaksa Kepala di Pengadilan Tinggi Riau.

Dalam usia muda, dia telah menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing; Belanda, Inggris, Arab, Turki, Perancis, Jepang, dan Jerman.Pada 1903 dia lulus HBS (Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas 5 tahun pada usia 19 tahun dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota, yakni Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

KH.Agus Salim juga pernah menempuh pendidikan di sekolah khusus anak-anak Eropa di Europeesche Lagere School (ELS) Beliau pun berniat melanjutkan ke sekolah dokter di Belanda. Namun, permohonan beasiswanya tidak diluluskan pemerintah Belanda, sementara keluarga beliau
tidak memiliki uang. Baru setelah R.A. Kartini yang mendengar berita mengenai Haji Agus Salim memberi rekomendasi, pemerintah Belanda pun memberi beasiswa. Terlanjur meras tersinggung,

Haji Agus Salim pun menolaknya. Agus Salim memilih berangkat ke Jedah, Arab Saudi, untuk bekerja sebagai penerjemah di konsulat Belanda di kota itu antara 1906-1911. Di sana, dia memperdalam ilmu agama Islam dan mempelajari diplomasi. Beliau juga belajar beragam bahasa, seperti Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang.

Pulang ke Indonesia, pada tahun 1915, Haji Agus Salim masuk ke dalam Serikat Islam (SI) pada masa kepemimpinan H.O.S. Cokroaminoto . Dalam waktu singkat, mereka menjadi kawan baik dan bekerja sama demi masa depan Indonesia. Haji Agus Salim lantas dipercaya menggantikan Cokroaminoto di Volksraad pada 1922-1925. Di sini, beliau tak jarang bicara terbuka, keras, dan menantang. Seiring bergesernya gaya perjuangan SI ke arah non kooperatif, Agus Salim mundur dariVolksraad . Ia kemudian aktif di JIB (Jong Islamieten Bond) dan bekerja sebagai jurnalis.



Karier politik

Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadiPemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Danselanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies enInformatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam

Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua diSI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.

Dikutip dari Merdeka.com, beliau juga berperan sebagai salah satu anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945. Karena kepiawaian beliau dalam hubungan internasional, beliau dipercaya sebagai menteri muda luar negeri kabinet Sjahrir II dan III, serta menjabat sebagai menteri luar negeri pada kabinet Amir Sjarifuddin dan Hatta.

Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia,sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.

Pada tahun 1952, Haji Agus Salim menjabat sebagai Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Hal tersebut menjadi penutup karirnya di dunia kancah politik. Beliau beralih menghabiskan masa tuanya sebagai penulis buku. Buku yang telah terbit dari tangannya berjudul "Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid Harus Dipahamkan". Buku tersebut kemudian diperbaiki menjadi "Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal".

Buku yang telah beliau tulis juga merupakan buah karya dari pengalamannya sebagai jurnalis pada masa mudanya. Agus Salim muda merintis karir sebagai Redaktur II di Harian Neratja yang kemudian diangkat menjadi Ketua Redaktur. Tidak berhenti disana, beliau juga menjadi pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta, dan kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Di tengah-tengah karir beliau di dunia jurnalistik, beliau menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak.

Namun sayang, karir beliau harus terhenti pada tanggal 4 November 1954. Beliau meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Jasad beliau dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Segala perjuangan yang dilakukan beliau baik di dunia politik maupun media masa telah mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Biodata : 
Nama Lengkap : Agus Salim
Alias : No Alias
Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Sumatera Barat
Tanggal Lahir : Rabu, 8 Oktober 1884
Hobby : Menulis
Warga Negara : Indonesia

Ayah : Soetan Muhammad Salim
Ibu : Siti Zainab
Istri : Zaenatun Nahar

Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
  1. Anggota Volksraad (1921-1924)
  2. Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
  3. Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947
  4. Pembukaan hubungan diplomatik  Indonesiadengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
  5. Menteri Luar Negeri KabinetAmir Sjarifuddin 1947
  6. Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949

Karya Tulis
  • Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia
  • Dari Hal Ilmu Quran
  •  Muhammad voor en na de Hijrah
  • Gods Laatste Boodschap
  • Jejak Langkah Haji Agus Salim (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi koleganya, Oktober 1954)
Karya terjemahan
  •  Menjinakkan Perempuan Garang (dari The Taming of the Shrew karya Shakespeare)
  • Cerita Mowgli Anak Didikan Rimba (dari The Jungle Book karya Rudyard Kipling)
  •  Sejarah Dunia (karya E. Molt)
Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata,
Jakarta. Namanya kini diabadikan untuk stadion sepak bola di Padang.

Agus Salim, Pejuang Kemerdekaan dan Diplomat Yang Menguasai Banyak Bahasa Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Andita

0 comments:

Post a Comment