Kisah Sukses Warteg Kharisma Bahari dengan Ratusan Cabang di Jakarta
Dulu warteg identik sebagai tempat makan serba sederhana dan apa adanya untuk kalangan menengah ke bawah. Namun seiring berjalannya waktu, warteg berhasil masuk jajaran tempat makan yang menjadi andalan warga ibu kota.
Kini, mulai dari mahasiswa hingga pekerja kantoran sudah tak segan lagi mengisi perut di warung khas Tegal ini. Menu yang bervariasi dengan harga terjangkau bak oase di tengah gurun, terutama saat pendapatan mulai menipis di akhir bulan.
Di balik segala kesederhanaan yang terlihat di warteg, warteg menjadi salah satu usaha yang telah berhasil memperbaiki perekonomian banyak orang Tegal. Bahkan mampu bersaing dengan franchise dari luar negeri yang kini semakin mendominasi industri kuliner Tanah Air.
Seperti salah satu warteg bernama Kharisma Bahari yang tak mau ketinggalan mengadaptasi konsep franchise di wartegnya. Bahkan kesuksesan warteg yang telah ada sejak 25 tahun lalu ini berhasil mendobrak stigma warteg yang dulu dikenal kumuh dengan sajian makanan yang apa adanya.
Kesuksesan warteg Kharisma Bahari tentu tak bisa dilepaskan dari peran serta sang empunya, Sayudi atau akrab disapa Yudi. Berkat tangan dingin Yudi, hingga kini warteg Kharisma Bahari berhasil mengembangkan lebih dari 200 cabang yang tersebar di seluruh Jabodetabek.
Tentu bukan perkara mudah bagi Yudi untuk memulai usahanya sebagai seorang pengusaha warteg. Bahkan Ia harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) saat belum memiliki lokasi jualan yang resmi.
"Pertama warteg saya juga wartegnya masih kaki lima. Ya itu kendalanya kalau hari-hari tertentu, tahun-tahun tertentu, ada piala Adipura gitu, kan otomatis kita kena trantib (Ketentraman dan Ketertiban)," ujar pria berkacamata ini kepada kumparanFOOD.
Sambil mengurusi warteg pertamanya, Yudi yang memang suka bersosialisasi ini pun dipercaya untuk membantu usaha warteg milik kerabatnya. Melihat peluang yang terbuka lebar, akhirnya laki-laki yang telah wara-wiri di berbagai talkshow ini mulai memberanikan diri untuk membuka cabang selanjutnya dengan sistem bagi hasil.
Pada awalnya, Yudi mengajak kerabat dan orang-orang terdekatnya untuk mengelola warteg dengan sistem yang lebih modern. Lama-kelamaan, bisnisnya mulai dikenal banyak orang bahkan banyak orang dari luar Tegal yang tertarik untuk bekerjasama dengan pria asli Tegal ini.
"Sebenarnya sih bisnis ini benar-benar nggak sengaja. Saat mereka (saudara Yudi) punya modal, dia suruh saya untuk carikan warteg. Saya percaya dengan mas Yudi, dengan brand Kharisma ini," Akhirnya mereka yang tadinya ikut saya, akhirnya buka sendiri. Mereka akhirnya cerita dan akhirnya di situ lah kami mulai punya nama," tambah Yudi.
Berbeda dari sistem franchise yang umum diterapkan di restoran cepat saji, sistem kerjasama yang dirancang Yudi memang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Yudi menggunakan sistem bagi hasil secara fifty-fifty tanpa tambahan royalti. Selain memudahkan kerjasama, Yudi berharap sistem tersebut dapat membantu orang-orang yang tidak punya modal banyak untuk memulai usaha.
Selain sistem yang lebih modern, kesuksesan warteg yang identik dengan warna hijau dan kuning ini juga tak lepas dari berbagai fasilitas yang membuat pelanggan semakin nyaman. Yudi tak menampik bahwa sekarang banyak orang yang lebih memperhatikan kenyamanan dan lengkapnya fasilitas tambahan saat mencari tempat makan.
Ia mengaku masih rutin melakukan pengecekan serta berbagai terobosan baru agar pelanggan semakin tertarik untuk datang ke warung makannya. Salah satunya menyediakan aneka promo menarik pada hari-hari tertentu. Warteg Kharisma Bahari juga mulai menerapkan sistem cashless sehingga pelanggan bisa membayar makanannya dengan uang virtual yang Ia miliki.
Selain itu, warteg Kharisma Bahari juga terkenal dengan tata ruangnya yang bersih sehingga pelanggan dapat menyantap makanannya dengan nikmat dan leluasa. Bukan tanpa alasan, Yudi ingin menyingkirkan pandangan orang mengenai warteg yang identik dengan rumah makan kelas bawah yang tak terjamin kualitas dan kebersihannya.
"Kita kan harus selalu berinovasi biar tidak ketinggalan zaman. Jadi harus ada apa-apa yang baru yang kita terapkan biar orang nggak jenuh, jangan itu-itu saja," tutup Sayudi.
0 comments:
Post a Comment