Wednesday, August 12, 2020

Lambarco Fianisa, Brand Kopi Lampung Yang Mampu Datangkan Omzet Belasan Juta Bagi Pengusaha Ini

Lambarco Fianisa, Brand Kopi Lampung Yang Mampu Datangkan Omzet Belasan Juta Bagi Pengusaha Ini

Kopi merupakan salah satu minuman yang hits saat ini, bahkan setiap tahunnya semakin ramai saja peminatnya, begitupun dengan peluang usaha kopi yang luas membuat banyak sekali pemain bisnis baru bermunculan disektor ini.


Ibarat jamur di musim penghujan, semakin banyak pelaku usaha yang tertarik menjual produk kopi bubuk dalam kemasan, hingga munculnya kedai kopi maupun kafe yang menawarkan berbagai macam minuman kopi.

Sehingga membuat orang-orang bahkan bingung mau membeli produk kopi, karena saking banyaknya produk kopi bubuk yang beredar di media sosial dan toko online, maupun offline. Hal ini dikarenakan kopi telah menjadi salah satu minuman paling populer di Indonesia sejak dulu.

Ternyata, menjual produk kopi bubuk tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini, membuat persaingan semakin ketat yang memunculkan opsi tetap bertahan atau menyerah. 

Hal itu tidak berlaku bagi dua pelaku usaha Kopi bubuk asal Lampung Barat ini, yakni Dwi Nurhayati (48) dan Mulyanto (40), yang masih tetap eksis memproduksi di tengah pandemi ini.

Dwi Nurhayati (48) yang awalnya berprofesi sebagai petani kopi dari tahun 1990 sampai 2015 ini, menuturkan dalam merintis usaha kopi bubuk yang ia namai Lambarco Fianisa, membutuhkan usaha yang sabar. Pasalnya meskipun ia merupakan petani kopi, bukan berarti hal yang mudah untuk Dwi memulai usahanya.

Selama 25 tahun ia hanya menjual hasil kopi mentahnya langsung kepada tengkulak dengan harga yang sudah dipatok atau ditentukan oleh tengkulak itu sendiri.

Namun, ia berpikir penghasilan yang ia peroleh tersebut tidak menghasilkan banyak keuntungan. Oleh karena itu, ia berinisiatif untuk mengolah sendiri hasil panennya menjadi pundi-pundi rupiah yang menjanjikan.

Mulai lah pada 2016, dari lahan 1 hektar yang ia miliki secara pribadi, kopi yang ia tanam panen, Dwi melanjutkan untuk mengolah sendiri hasil panennya, dengan cara yang tradisional, dibantu dengan sang suami yang juga petani kopi.

Dengan serius Dwi menyangrai kopinya tanpa bantuan alat oven, dengan tujuan ingin menjaga kualitas dan citarasa serta membuat harga jual tinggi. Tetap saja akhirnya ia menggunakan oven untuk mempercepat produksinya.

Lanjut Dwi bercerita dalam sambungan telepon, ia pertama kali menjual produk kopi bubuknya dengan menawarkan ke tetangga-tetangga.

Ternyata kopi hasil olahannya digemari warga sekitar, dari situlah Dwi termotivasi untuk mengembangkan terus usahanya dengan membuat inovasi-inovasi varian rasa kopi, misalnya Kopi Jahe, Kopi Lanang yang dipadukan dengan buah pinang muda.

Terus Berinovasi adalah Kunci

Tak hanya produk kopi saja yang Dwi jual, melainkan ia juga berinovasi menjual produk lain yakni Kawa Daun muda dari kopi yang dikeringkan yang bisa diseduh seperti teh, yang dikalim bisa menurunkan darah tinggi, serta produk gula semut.

Berbagai macam produk yang ditawarkan Dwi makin digemari, tak tanggung tidak hanya dari daerah Lampung Barat saja, ternyata ia telah melebarkan sayap usahanya ke berbagai daerah seperti Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan tak terlewatkan ibu kota Jakarta.

Bicara soal omzet, Dwi mengatakan dalam sebualan ia mampu mengasilkan  4-5 Kwintal yang ia jual Rp 60 ribu per kilo bubuk kopi, sehingga diperoleh penghasilan sebesar Rp 8 juta-Rp 12 juta per bulannya.

Namun, dalam masa pandemi ini Ia mengaku hanya mampu memproduksi sekitar 2-3 kwintal saja, dikarenakan permintaan turun hingga 50 persen dari pada biasanya, sehingga membuat Dwi terpaksa untuk memangkas volume produksi kopinya.

Meskipun, omzetnya turun hampir setengahnya, Dwi tetap optimis dan berusaha tetap eksis dalam mengembangkan usaha bubuk kopinya agar tetap menghasilkan pendapatan, karena baginya wabah covid-19 tidak terlalu membuat usahanya terganggu, karena ia tidak memiliki pekerja tetap, semua proses produksi kopi dari awal biji hingga bubuk tidak mempekerjakan pekerja sehingga tidak perlu merumahkan atau menggaji pekerja.

Tapi disisi lain, memang pemasarannya belum mencapai target awal tahun ini, awalnya ia ingin bekerja sama dengan  beberapa stakeholder diluar Lampung Barat, tapi karena kondisi yang sulit membuat dirinya harus menunda sementara keinginannya. Ia juga berharap dengan situasi seperti ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk membimbing UMKM seperti dirinya, supaya bisa mengembangkan usaha secara optimal untuk ke depannya.

Sambung Dwi mengingatkan, keunggulan dari produknya yakni berada dicitarasa dan varian rasa yang bermacam-macam. “Yang membedakan itu citarasa karena banyak sekali peng-oven kopi yang membuka jasa oven kopi, tapi banyak yang datang ke tempat saya karena katanya rasanya beda, dari pengolahan itu banyak yang diolah di atas tanah saja, kalau saya enggak,” pungkas Dwi.




Lambarco Fianisa, Brand Kopi Lampung Yang Mampu Datangkan Omzet Belasan Juta Bagi Pengusaha Ini Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Fauzi Rahmat

0 comments:

Post a Comment