Friday, August 21, 2020

Biografi Ine Febriyanti, Artis Senior Yang Tidak Glamour


Bagi Anda yang telah menonton film Bumi Manusia, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok yang bernama Nyai Ontosoroh yang memiliki karakter kuat dalam film tersebut, artis senior yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh dalam film Bumi Manusia adalah Sha Ine Febriyanti. Seperti apa sosok artis senior yang terkenal idealis dan tidak glamor ini, berikut ini biografinya singkatnya.

Sha Ine Febriyanti atau lebih akrab disapa Ine Febriyanti lahir di Semarang, Jawa Tengah, 18 Februari 1976 putri dari pasangan Arwoko dan Inge, Ine Febrianti adalah seorang aktris dan sutradara berkebangsaan Indonesia.


Awal Berkarier

Ine Febriyanti dikenal sebagai seorang seniman, bintang film dan teater, sekaligus sutradara. Ia mengawali karier dari dunia model setelah terpilih menjadi Cover Girl Majalah Mode pada tahun 1992, kemudian merambah dunia seni peran dengan membintangi sinetron Darah Biru bersama artis senior Sophan Sophian.

Ia diajak bermain dalam telesinema Siluet di bawah arahan sutradara Aria Kusumadewa, Karena menyukai akting Ine, Aria pun mengajak Ine berperan sebagai Beth dalam film berjudul sama yang rilis tahun 2002. Film ini sekaligus menjadi debut Ine di layar lebar. 

Film ini menceritakan tentang anak seorang tentara bernama Beth yang mengalami gangguan jiwa. Ia merasa hidupnya sama sekali tidak berarti. Hanya seorang pemuda yang mampu membuatnya bahagia di mana pemuda tersebut mengalami nasib yang sama. Di film ini, Ine berakting bersama artis Lola Amaria, Nurul Arifin, Bucek Deep, dan El Manik.

Dilansir dari Viva.co.id Ine pernah terlibat dalam penggarapan lakon drama Miss Julie besutan dramawan asal Swedia Johan August Strindberg. Drama ini dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki bersama Teater Lembaga Institut Kesenian Jakarta pada September 1999.

Nano Riantiamo, sutradara Teater Koma pun menggaet Ine bermain dalam lakon Opera Primadona di Teater Tanah Airku di tahun 2000. Ternyata, akting Ine sebagai Miss Kejora dalam pementasan itu berhasil memikat salah seorang pejabat dari Japan Foundation. 

Ine dan 7 rekan teaternya pun akhirnya dilibatkan sebuah pementasan kolaborasi teater di Jepang bertajuk The Whale on The South Sea. Pertunjukan ini dihelatkan sebanyak 23 (dua puluh tiga) kali di Tokyo dan 4 (empat) kali di Okinawa.

Pada tahun 2001, Ine menyutradari film pendek bertajuk Cinderella. Ini adalah langkah pertamanya menggeluti profesi baru sebagai sutradara.


Kehidupan Pribadi

Saat usianya 27 tahun, Ine menikah dengan seorang fotografer bernama Yudhi Datau. Ia pun menarik diri dari dunia hiburan selama 7 tahun karena mengurus anak-anaknya. Dari pernikahan ini, Ine dikaruniai 3 orang anak yaitu Aisha Nurra Datau, Zeyn Arsa Datau, dan Amanina Aliyya Sahata Datau.

Meski demikian, Ine tetap tampil di film pendek Dajang Soembi, Perempoean jang Dikawini Andjing di tahun 2004 dan membintangi film Laksamana Keumalahayati di tahun 2007. Ia juga menyutradarai sebuah documenter bertajuk Rumah Katulistiwa.

Pada tahun 2010, Ine tampil di panggung teater membawakan monolog Surti dan Tiga Sawunggaling karya Goenawan Mohamad. Masih di tahun yang sama, Ine menyutradarai film layar lebar pertamanya bertajuk 'Tuhan' Pada Jam 10 Malam.

Setahun kemudian, Ine terlibat dalam pembuatan salah satu dari empat film omnibus bertema Kita Vs Korupsi bertajuk Selamat Siang. Risa! film-film ini digunakan sebagai kampanye melawan tindak korupsi yang melibatkan KPK, organisasi Transparency International Indonesia, Management Systems International, USAID, dan Cangkir Kopi.

Masih di tahun yang sama Ine bergabung dengan teater Garasi dalam dalam repertoar Gandamayu. Kemudian dirinya memperoleh beasiswa Asian Film Academy di Busan, Korea Selatan.

Saat usianya 37 tahun, ibu tiga anak ini berkolaborasi bersama sutradara asal Perancis David Bobbee mementaskan lakon Warm, sebuah monolog dengan intensitas cahaya yang menyebabkan suhu panggung mencapai 62 derajat Celsius.

Lalu, di tahun berikutnya Ine kembali berkolaborasi bersama David Bobbee dan IFI dalam repertoar Drop yang dibawakan keliling Perancis dan beberapa kota di Jawa.

Setelah lama tak tampil di layar lebar, Ine memperoleh peran tawaran peran dari Djenar Maesa Ayu sebagai Nay dalam film monolog bertajuk sama pada tahun 2015.

Lewat aktingnya ini, Ine masuk ke jajaran nominator Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Usmar Ismail Award 2016 dan Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2016. Ia juga didapuk sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik Indonesian Movie Actors (IMA) Awards 2016 dan Pemeran Utama Wanita Terpuji Festival Film Bandung 2016.

Selain itu, kariernya di dunia teater terus berkibar. Ine juga berperan dalam monolog Cut Nyak Dhien karya Prajna Paramita yang disutradarai oleh sutradara Ine sendiri, dan pada tahun 2019 Ine Febrianti membintangi film Bumi Manusia, ia berperan sebagai Nyai Ontosoroh. ***


Biografi Ine Febriyanti, Artis Senior Yang Tidak Glamour Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Andita

0 comments:

Post a Comment