Kisah Yolan Yuliana Devi., Sukses Berbisnis Masker Bawang Tiwai
Namanya Yolan Yuliana Devi. Wajahnya bersih berseri. Langkah kakinya mantap saat memasuki ruangan lomba Wirausaha Muda Pemula (WMP) Berprestasi tingkat Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dengan penuh semangat, perempuan muda berusia 23 tahun itu memaparkan produk olahannya kepada para juri. Presentasinya sukses, seolah menggambarkan kesuksesan dirinya dalam berusaha.
Tak banyak yang tahu, kisah suksesnya tak semulus presentasinya. Perjuangan panjang tertutupi wajah cantiknya yang dibalut jilbab hitam.
Yolan terpilih untuk mengikuti lomba karena sukses mengolah dan memasarkan masker bawang tiwai. Bawang tiwai oleh warga lokal biasa disebut dengan bawang Dayak.
Dia kemudian terpilih sebagai pemenang pertama dalam lomba yang diadakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kutai Kartanegara. Lomba itu sendiri dilaksanakan pada Rabu, 2 Desember 2020, lalu.
“Ide membuat bawang tiwai itu muncul saat saya broken home,” katanya kepada liputan6.com dengan nada lirih, Kamis (3/12/2020).
Yolan tak bisa menyembunyikan kesedihannya meski tetap berusaha tersenyum. Sebuah titik terendah dalam hidup manusia yang kadang sulit untuk bangkit kembali.
“Masalah keluarga sebenarnya sudah lama, puncaknya pas 2018 saat kedua orang tua memutuskan berpisah,” sambungnya sedikit terbata-bata.
Dia kemudian menceritakan bagaimana perjuangan hidupnya tanpa sandaran dan perhatian. Semua harus dijalani secara mandiri.
“Dari kelas 3 SD sudah belajar berusaha. Tapi dilarang sama ayah karena dianggap kebutuhan sudah tercukupi. Padahal tidak cukup-cukup amat,” katanya seraya tertawa.
Untuk menghidupi dirinya, Yolan memilih bekerja serabutan. Semua usaha dijalaninya.
Sampai kemudian Yolan menemukan ide membuat masker dari bawang tiwai. Hingga hari ini, pengusaha muda itu memiliki omset hingga Rp90 juta per tahun dengan tiga karyawan.
Membersihkan Jerawat
Yolan mengklaim, produk masker bawang tiwai olahannya adalah masker organik tanpa bahan kimia. Semuanya bahan alami termasuk bahan baku utamanya, bawang tiwai.
“Bahan-bahannya sendiri berasal dari Kota Tenggarong dan diperoleh dari petani lokal. Dan itu melimpah di Kutai Kartanegara,” katanya.
Bawang tiwai, paparnya, kemudian diolah menjadi bubur dan dicampur dengan rempah-rempah dan bahan-bahan yang juga tanpa bahan kimia. Masker ini sanggup membersihkan jerawat, termasuk jerawat batu sekalipun.
“Masker bawang tiwai manfaatnya untuk jerawat batu dan bruntusan, termasuk juga mencerahkan kulit,” sambungnya.
Selain menjual masker bawang tiwai, Yolan juga piawai membuat masker daun kelor dan masker oatmeal. Ada pula produk handbody dan lulur.
“Lulur ini dari beras ketan yang disangrai kemudian dijadikan bubuk,” ujarnya.
Yolan mengklaim, lulur buatannya berbeda dari lulur yang beredar di pasaran. Meski dibuat lokal tanpa mesin, produk olahannya termasuk unggul dari sisi tekstur.
“Kenapa harus beli lulur ke saya? Karena lulur rempahnya itu teksturnya kering, tidak basah, tidak mudah basi dan tanpa campuran kopi,” kata Yolan penuh semangat.
Uji Coba ke Wajah Sendiri
Saat broken home, Yolan kemudian berusaha berfikir keras untuk menghasilkan tambahan pemasukan. Pekerjaannya sebagai tenaga honorer di Kantor DPRD Kutai Kartanegara tidak cukup untuk menghidupi dirinya.
“Kerja sebagai honorer gajinya tiga bulan sekali,” katanya.
Saat itu, Yolan sering bermain ke rumah kekasihnya dan melihat sang ibu memasak bawang tiwai untuk dijadikan jamu.
“Saya penasaran, ini bisa jadi apa aja sih. Saya lihat di google, saya coba buat sedemikian rupa supaya lebih gampang pakainya kemudian saya coba sendiri,” ujar Yolan.
Alumni SMK YPK Tenggarong ini mengaku saat itu wajahnya jerawatan. Sehingga wajahnya sendiri dijadikan percobaan.
“Saat itu jerawat saya banyak sekali, seperti tidak terawat. Namanya juga tidak punya uang, jadi makanan pun sembarangan aja,” ujar Yolan diakhiri dengan tawa.
Dia juga mencoba menawarkan ke teman-temannya yang membutuhkan. Beruntung, Yolan punya sahabat yang baik hingga kemudian memberikan masukan atas usahanya tersebut.
“Teman-teman saya suka karena merasakan hasilnya sendiri, termasuk saya. Mereka kemudian menyarankan untuk membuat kemasan yang lebih menarik,” sambungnya.
Saat menawarkan ke rekan-rekannya, kemasan masker bawang tiwai sangat sederhana. Tidak layak jual.
“Jadilah pakai botol. Kemudian ada stikernya,” katanya.
Solusi dari WPM
Suatu hari, seorang sahabat mengenalkan dirinya ke Klinik Wirausaha Muda Pemula (WMP) garapan Dispora Kutai Kartanegara. Yolan tak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Apalagi, klinik WPM benar-benar membantu usahanya untuk berkembang. Konsultasi dan upaya memasarkan lebih luas dipelajarinya di klinik itu.
Di WPM, Yolan mengaku banyak mendapat inspirasi dan membuka wawasan soal UMKM.
“Memberi motivasi untuk maju, membuka mata kami sebagai pelaku UMKM, dan berlaku adil untuk semua,” katanya.
Di WPM itu pula Yolan mendapatkan wawasan soal pengembangan kemasan. Di sana dia banyak belajar soal mengemas sebuah produk.
“Sejak saat itu saya punya tim untuk desain, pemasaran, branding. Itu dimulai sejak awal tahun 2019. Di tahun 2019 itu juga saya sudah mulai serius, termasuk bikin ijin usaha,” katanya.
Kini, Yolan sudah punya toko sendiri yang sejak dua bulan terakhir didirikannya. Lokasinya berada di Kompleks Sumarna City Walk, Timbau, Kota Tenggarong.
Meski demikian, pemasaran secara online tetap dilakukan dengan menyasar pembeli yang lebih luas. Pelanggannya pun sudah sampai Surabaya dan Bandung yang membeli dalam jumlah banyak.
Kini Yolan sudah memegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) atas produk masker bawang tiwai olahannya. Sebuah usaha yang tidak pernah mengkhianati hasil.
Pelajaran Hidup
Mengenang perjalanan hidupnya, Yolan berkali-kali harus mengeluarkan nada lirih dan sedikit terbata-bata. Hanya kisah usahanya untuk bangkit yang membuat bicaranya jadi lebih lancar.
Seolah memendam sesuatu, Yolan merasa bahwa dirinya bakal sukses. Namun dengan usaha yang jauh lebih gigih dan lebih keras lagi.
“Broken home bukan hambatan untuk menjadi sukses. Itu bukan masalah saya, masalah orang tua. Kebahagiaan dan kesuksesan itu karena diri kita sendiri,” katanya.
Dia mengakui jika perjuangan hidupnya untuk bangkit kadang terhempas karena tak punya sandaran hidup.
“Sebenarnya perasaan saya campur aduk, terlebih lagi perhatian tidak ada. Seorang anak ini mau maju atau tidak, tidak ada perhatian,” sambungnya.
Sejak tahun 2016 saat lulus sekolah, Yolan harus berjuang menghidupi dirinya. Dia juga harus menanggung beban membiayai rumahnya seperti air dan listrik.
“Dan alhamdulillah saat liputan6.com wawancarai saya ini, saya sudah senang sekali mendapatkan apresiasi. Sudah terbayarkan jerih payah hujan panas saat delivery order makanan dulu, dan perjuangan untuk bahagia,” katanya.
Yolan yakin dirinya bakal sukses. Dia percaya, sukses berasal dari usaha yang diperjuangkan dan bantuan banyak pihak.
“Di usaha bawang tiwai saya merasa bisa sukses karena UMKM di Kutai Kartanegara sebenarnya bisa maju dengan dorongan banyak pihak. Bawang tiwai sendiri hanya ada di Kutai Kartanegara, khususnya di Tenggarong cukup banyak,” katanya optimis.
Dia kemudian meminta perhatian semua pihak, terutama pemerintah, untuk terus mendorong pengembangan UMKM di manapun. Pelaku UMKM seperti dirinya, harus mendapat pendampingan untuk maju, termasuk kemudahan persyaratan mengurus ijin usaha.
Yolan masih terkendala ijin Balai Pengawasan Obat dan Makaman (BPOM) karena belum memenuhi standar. Padahal, ijin BPOM itu sangat membantu produknya untuk kemudahan pemasaran.
“Alhamdulillah perjalanan hidup saya mengajarkan arti hidup ini. Semua tidak mudah dan tidak boleh mengeluh. Peluang sangat banyak ketika kita banyak bersyukur dan banyak berteman dengan orang-orang yang tidak toxic,” kata Yolan.
Dia kemudian berpesan kepada pelaku usaha yang baru mulai untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal yang membuat mudah menyerah. Kepada pemerintah, Yolan sangat berharap agar ada kemudahan usaha yang tentunya akan berdampak pada daerah itu sendiri termasuk membuka lapangan pekerjaan.
“Bagus tidak kalimat saya? Saya sudah siapkan kalimat itu sejak lama karena saya yakin bakal sukses,” katanya sambal tertawa lepas mencairkan perbincangan.
Dia memang pantas Bahagia. Sebab, sang kekasih yang menemani perjuangannya sejak tahun 2016 itu kini sudah melamarnya.
Belajar Wirausaha di Klinik WPM
Kepala Bidang Kewirausahaan, Kepemudaan dan Kepramukaan Dispora Kutai Kartanegara Aji Ali Husni menyebut lomba Wirausaha Muda Pemula (WMP) sengaja diadakan untuk menjaring wirausaha muda berprestasi. Lomba ini juga untuk menjaring dan memberikan perhatian kepada pelaku wirausaha muda yang sudah menekuni usahanya.
“Kita seleksi, siapa sih di antara mereka ini yang berhasil yang menjalankan manajemen, pengemasan, pemasaran yang baik serta komitmen dan konsisten terhadap wirausahanya,” kata Ali.
Pengusaha muda, sambungnya, yang sudah melewati proses itu tergolong berprestasi.
Ali kemudian mengapresiasi keberhasilan Yolan dalam berwirausaha. Konsisten dengan produknya membuat dia terpilih sebagai pemenang pertama lomba tersebut.
“Usaha dilakukan dengan konsisten, kemudian salah satunya mengangkat produk bahan baku kearifan lokal kita. Kemudian Yolan melakukan pencatatan dan promosi yang bagus,” paparnya.
Yolan juga dianggap memiliki konsistensi terhadap usaha yang dilakukan, termasuk komitmen terhadap pengembangan, pengelolaan, hingga promosinya. Kategori penilaian untuk lomba, sambung Ali, berdasarkan petunjuk yang sudah disediakan secara nasional.
Mengenai Klinik WPM, Ali menjelaskan, lembaga itu dibentuk sebagai salah satu tempat pelayanan kepemudaan. Di klinik WPM, para pemuda akan dilatih, mengikuti kursus dan pengembangan wirausaha.
“Termasuk sebagai tempat konseling para pemuda yang di kutai Kartanegara yang mau atau sedang berwirausaha,” katanya.
Klinik WPM menyediakan tenaga ahli serta program. Di Kutai Kartanegara nama programnya adalah Sekam Sharing.
“Selasa Kamis Sharing. Jadi mereka bisa konsultasi, kemudian membahas tentang wirausahanya mau maju, mau mendirikan, mau mengembangkan dan sebagainya,” ujarnya.
Ali menyamakan klinik ini dengan klinik Kesehatan, namun yang dibagas semua hal yang terkait wirausaha.
“Kalau di klinik kesehatan itu dokter, kalau di WPM kita siapkan tenaga ahlinya dari BLK dan LPK,” kata Ali.
Soal perijinan, program di Klinik WPM juga mendampingi pemuda dalam hal perijinan. Salah satu contohnya, kata Ali, Klinik WPM melaksanakan pelatihan yang mendatangkan petugas dari Dinas Perijinan Terpadu Satu Pintu Kutai Kartanegara.
“Mereka langsung buat ijin di tempat, jadi tidak perlu ke kantor. Petugasnya yang datang,” ujarnya.
Terkait pesoalan ijin BPOM yang diusahakan Yolan, Ali mengaku memang ijin produk kosmetik harus melalui BPOM. Meski demikian, pihaknya sedang berupaya mendamping Yolan mengurus ijin itu.
“Saat ini kami akan coba memfasilitasi perijinannya,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment