Sunday, February 11, 2018

Kisah Anak Tukang Becak yang Jadi Salah Seorang Terkaya Indonesia


 Kisah Anak Tukang Becak yang Jadi Salah Seorang Terkaya Indonesia

Ucapan adalah doa, ungkapan tersebut mungkin bisa mewakili kisah sukses dari sosok pengusaha yang satu ini. Setiap orang tentu saja ingin mempunyai kebebabasan secara finansial dan bisa bermanfaat untuk orang sekitar.  

Lika-liku perjalanan dari seorang pengusaha bisa menjadi suatu hal yang penting untuk diambil pembelajaran. Di Indonesia sebenarnya banyak sekali tokoh inspiratif dari konglomerat  yang membuktikan bahwa kesuksesan materi  bukan hanya didapat dari harta warisan. Namun, yang lebih penting adalah kegigihan, kerja keras dan mau bangkit dari keterpurukan. 

Ketiga hal tersebut ternyata dilakukan oleh salah satu orang terkaya di Indonesia yang namanya sudah seringkali terdengar, yakni Dato Sri Tahir. Ya, jika kamu tahu Mayapada Hospital, Bank Mayapada, Faimont Hotel Bali, Menara Topas, Forbes Indonesia hingga ELLE  Indonesia, perusahaan tersebut berada di dalam satu naungan Mayapada Group yang dimilki Dato Sri Tahir. 

Pria yang akrab dengan panggilan Tahir ini bukan berasal dari keluarga konglomerat, saat itu  ayahnya hanya seorang juragan becak dan sang ibu menjaga toko sederhana. Pengalaman pahit pernah ia rasakan semasa kecil dari mulai melihat langsung ibunya yang dilempar batu hingga kepalanya bocor saat ingin menagih uang setoran, hingga beragam hinaan dan ejekan yang didapat kedua orang tuanya. 

Bahkan saat itu Tahir pernah merasa membenci orang kaya dan memilki rasa dendam untuk membuktikan akan menjadi seseorang yang lebih sukses di kemudian hari. Sosoknya tumbuh dengan sifat fighter untuk mau mengubah nasib ke arah yang lebih baik. 

Walau hidup tak berlebihan saat kecil, ia mengaku selalu diajarkan kebaikan kepada sesama dan taat kepada ajaran Tuhan oleh orang tua. Khusus dari sang ibu, Tahir dilatih bekerja keras dalam keadaan apapun. Hingga kini, ibunya yang berusia hampir 90 tahun bahkan masih aktif  bekerja di salah satu kantor cabang Bank Mayapada. 

Sosok Tahir sempat tumbuh dengan rasa minder atau rendah diri, karena seringkali orang tua mengeluhkan keadaan seperti dicaci, diremehkan hingga ditekan orang, tetapi hal tersebut membuat Tahir sadar bahwa pendidikan seperti itu tidak baik untuk pertumbuhan anak, kalau mau mendidik anak dengan suka cita, sayangnya dulu orang tuanya tidak mempunyai kemampuan itu dan mungkin saja tidak sadar saat melakukannya. 

ADVERTISEMENT


Beragam pelajaran ia dapat dari sang ayah, diantaranya kalau bisa menjadi orang yang dihormati tetapi jika tidak mampu jadi orang baik dan tulus agar orang simpatik, bukan malah menjadi sosok yang dibenci banyak orang. 

Kala itu Tahir mempunyai cita-cita untuk kuliah di bidang kedokteran karena ia mau membuka praktik sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Namun setelah tamat dari SMA Kristen Petra Kalianyar, Surabaya, sang ayah jatuh sakit dan mengharuskan Tahir untuk melanjutkan usaha tekstil yang dilakoni oleh ayahnya tersebut. 

Namun karena kepintaran Tahir, pada usia 20 tahun ia mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Nanyang Technological University, Singapura. Dari sanalah Tahir banyak mendapat pelajaran untuk memulai suatu usaha. 

Sambil menimba ilmu, ia juga melihat peluang untuk menambah penghasilan guna pembiayaan studinya dengan menjual barang yang ia beli di Singapura dan dijual kembali di Surabaya. 

Beberapa produk yang ia beli dan jual kembali diantaranya seperti pakaian wanita hingga sepeda yang ia dapatkan di pusat perbelanjaan Singapura. Saat itu Tahir bermodal bawa diri dan Bahasa Inggris yang seadanya ditambah lagi hidup mandiri di negara tetangga. 

Kemudian saat pindah ke Jakarta ia mulai membuka showroom dengan modal pinjaman dari bank. Sayangnya usaha tidak selamanya berjalan mulus apalagi semudah membalikan telapak tangan. Saat itu Tahir harus menelan pil pahit karena usaha showroomnya bangkut dan mewajibkan dia untuk membayar utang sebesar US$ 10 juta lebih.  

Karena hal itu selama enam bulan  ia tidak mau bertemu dengan orang dan merenungkan bagaimana cara untuk membayar utang yang besar. Dari sana Tahir menyadari saat jatuh yang tadinya orang baik akan menjauhi, termasuk keluarga. Akhirnya dengan menjual segala yang ia punya utang tersebut pun dapat dilunasi. 

Setelah lulus dari kuliahnya, ia mencoba peruntungannya dengan memulai bisnis garmen. 

Tak merasa puas dengan pendidikan yang telah ia dapatkan, di usia yang ke-35 tahun Dato Sri Tahir menimba ilmu di Golden Gates University, Amerika Serikat.dan menyelesaikan pendidikan di bidang keuangan. 

Bisnis garmen yang ia bangun dengan ketekunan akhirnya membuahkan hasil dengan keberaniannya untuk masuk dalam bisnis di bidang lainnya. 

Dato Sri Tahir membangun Mayapada Group yang ia dirikan pada tahun 1986 dan merambah ke berbagai bisnis lainnya seperti dealer mobil, perbankan, hingga kesehatan. 

Pada krisis moneter di tahun 1998, bisnis perbankan Dato Sri Tahir tetap berdiri teguh dan mengembangkan sayap bisnis perbankan-nya dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura hingga memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh wilayah Indonesia. 

Sebelumnya, di usia yang menginjak 22 tahun, Dato Sri melangsungkan pernikahan dengan Rosy Riady, yakni anak dari konglomerat Mochtar Riady. Saat itu ia dikenalkan oleh bos Bank Panin karena melihat Tahir sebagai sosok pekerja keras padahal usianya saat itu masih muda yang kebanyakan dipakai untuk hura-hura. 

Bahkan kini namanya masuk kedalam daftar orang terkaya di Indonesia urutan ke-7 pada tahun 2019 dengan total kekayaan sebesar US $ 4 miliar atau setara Rp 64 triliun (asumsi kurs Rp 16.0196 per dolar). 

Dato Sri Tahir juga dikenal sebagai tokoh filantropis yang tidak sungkan untuk membagikan harta yang dimilki kepada orang yang membutuhkan. Bahkan ia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang telah menandatangani giving pledge, artinya  bersedia menyumbangkan 50 persen dari hartanya untuk dikembalikan kepada masyarakat. 

Kisah Anak Tukang Becak yang Jadi Salah Seorang Terkaya Indonesia Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Fauzi Rahmat

0 comments:

Post a Comment