Thursday, October 24, 2019

Biografi Nadiem Makarim, Pendiri Gojek Kini Jadi Mendikbud



Nama Nadiem mendadak jadi trending topik di social media twitter, karena mendadak Presiden Jokowi menunjuk jadi Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo-K.H Mar'uf Amin, yang dilantik pada 23 Oktober 2019.

Pria yang memiliki nama lengkap Nadiem Anwar Makarim, sebelumnya merupakan pendiri Go-Jek, sebuah startup yang berkembang menjadi  perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring yang beroperasi di Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam dan Thailand.

Nadiem Anwar Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab. Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.

Pendidikan

Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura. Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Brown University, Amerika Serikat.

Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics. Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pasca-sarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.

Karier dan Bisnis

Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing Editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Go-Jek yang telah ia rintis sejak tahun 2011.

Saat ini Go-Jek merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia. Pada bulan Agustus 2016, perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar USD 550 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital Management, Warburg Pincus, dan Formation Group.

Sekembalinya dari Harvard dengan gelar MBA, Nadiem memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bekerja di McKinsey & Co. Nadiem menjadi konsultan McKinsey selama 3 tahun.

Nadiem menjadi Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia pada tahun 2011. Pada 2012, Nadiem memutuskan keluar dari Zalora untuk membangun startup sendiri, termasuk Gojek yang pada waktu itu memiliki 15 karyawan dan 450 mitra driver. Dia mengaku telah belajar cukup banyak di Zalora, yang merupakan tujuan utamanya ketika menerima pekerjaan di perusahaan itu. Di Zalora, Nadiem memiliki kesempatan membangun mega startup dan bekerja dengan sejumlah talenta terbaik di kawasan Asia.

Sambil mengembangkan Gojek, Nadiem juga menjadi Chief Innovation Officer Kartuku setelah keluar dari Zalora. Saat awal berdiri, Kartuku tidak ada kompetitor dalam sistem pembayaran non-tunai di Indonesia. Kartuku kemudian diakuisisi Gojek untuk memperkuat GoPay.

Ide Munculnya Gojek

Ide mendirikan Go-Jek Nadiem dapatkan ketika ia berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem memang lebih sering menggunakan jasa ojek dibanding dengan menggunakan mobil.

Dari perbincangan dengan tukang ojek langgananya, ia menemukan kenyataan bahwa hampir sebagian besar tukang ojek menghaiskan waktu hanya untuk menunggu pelanggan yang menghampiri, dan susah untuk mencari pelanggan. Dilain sisi kemacetan di Jakarta makin memperburuk keadaan, maka ia berpikir sangat dibutuhkan sebuah layanan transportasi yang cepat serta pengiriman yang cepat untuk membantu warga jakarta.
Hingga kemudian pada tahun 2011, Go-Jek resmi di dirikan oleh Nadiem Makariem yang sekaligus menjabat sebagai CEO GO-Jek. Go-Jek menawarkan kemudahan serta kecepatan kerja, GO-Jek bekerja sama dengan para tukang ojek di bawah naungan perusahaan GO-Jek. GO-Jek menyediakan layanan jasa transportasi, pengiriman barang atau makanan serta jasa belanja.
Go-Jek semakin lama semakin berkembang, hingga pada tahun 2014 GO-Jek mendapat suntikan dana dari perusahaan investasi asal Singapura yaitu Northstar Group, selain itu di tahun yang sama perusahaan Go-Jek milik Nadiem juga mendapat suntikan dari dari 2 perusahaan lain yaitu Redmart Limited dan Zimplistic Pte Ltd.
Semakin lama perusahaan Nadiem semakin terkenal, hingga pada tahun 2015 Nadiem merilis aplikasi Mobile Go-Jek nya dan menjadikan Go-Jek semakin banyak diminati oleh pelanggannya. Nadiem Makarim memang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kemudahan pelanggannya. Dengan aplikasi mobile, pelanggan hanya perlu memesan layanan Go-Jek dengan menggunakan smartphone mereka. Selain itu, tarif Go-Jek didasarkan pada jarak tempuh dan pembayarannya dapat mengunakan credit (my wallet).
Pada awalnya Nadiem makarim hanya membawahi 20 orang tukang ojek, namun sekarang ia sudah memiliki 10 ribu orang tukang ojek yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia dibawah naungan perusahaanya. Ia selalu melakukan inovasi pada perusahaanya sehingga bisnisnya kemudian banyak diliput media yang menyebut bahwa Go-Jek merupakan revolusi dari transportasi ojek.

Kini Gojek sudah menjadi salah satu dari 19 decacorn di dunia, dengan valuasi Gojek mencapai USD 10 miliar. Gojek pertama kali berdiri sebagai call centre, menawarkan hanya pengiriman barang dan layanan ride-hailing dengan sepeda motor.

Sekarang, Gojek telah bertransformasi menjadi super app, menyediakan lebih dari 20 layanan, mulai dari transportasi, pengantaran makanan, kebutuhan sehari-hari, pijat, bersih-bersih rumah, logistik hingga platform pembayaran digital yang dikenal dengan GoPay. Karier bisnis Nadiem Makarim di Gojek membawanya masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Globe Asia. 
Nadiem Makarim diperkirakan memiliki nilai kekayaan mencapai US$100 juta.

Kabinet Indonesia Maju

Pada 22 Oktober 2019, Nadiem dipanggil secara resmi menyatakan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai CEO Gojek setelah pagi harinya dipanggil oleh Presiden Joko Widodo ke istana negara. Pada 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan kabinet menterinya dengan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Penghargaan

Dikutip dari Wikipedia,  pada tahun 2016, Nadiem menerima penghargaan The Straits Times Asian of the Year, dan merupakan orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut sejak pertama kali didirikan pada tahun 2012.

Penghargaan Asian of the Year diberikan kepada individu atau kelompok yang secara signifikan berkontribusi pada meningkatkan kesejahteraan orang di negara mereka atau Asia pada umumnya.

Beberapa penerima sebelumnya termasuk pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Myanmar Thein Sein.

Penghargaan tersebut datang karena perusahaan berfokus pada peningkatan kesejahteraan sektor informal. Pada saat yang sama, ini dapat membantu menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia dengan mengubah pasar dan model bisnis tradisional.

Nadiem masuk dalam daftar Bloomberg 50 versi 2018. Bloomberg menilai tidak ada aplikasi lain yang telah mengubah kehidupan di Indonesia dengan cepat dan mendalam seperti Gojek. Aplikasi Gojek diluncurkan pada 2015 dengan fokus pada pemesanan ojek, dan kemudian berkembang menjadi aplikasi untuk membayar tagihan, memesan makanan, hingga membersihkan rumah "The Bloomberg 50" berisi sosok-sosok ternama dalam bidang bisnis, hiburan, keuangan, politik, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Sepak terjang Nadiem yang kini mengembangkan Gojek ke Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam membuat Bloomberg menyandingkan namanya dengan presiden Mexico Andres Manuel Lopez Obrador, pendiri Spotify Daniel Ek, pop star Taylor Swift dan grup idol Kpop BTS.

Pada Mei 2019, Nadiem menjadi tokoh termuda se-Asia yang menerima penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 untuk Inovasi Ekonomi dan Bisnis. Penghargaan diberikan kepada individu atau organisasi yang berkontribusi bagi pengembangan kawasan Asia dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Asia.

Nadiem menggandakan hadiah yang diterima menjadi Rp 860 juta untuk donasi pendidikan anak mitra pengemudi Gojek. Penghargaan ini berkaitan dengan kontribusi Gojek dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, memudahkan keseharian pengguna hingga meningkatkan pendapatan mitranya.

Gojek berkontribusi 55 Triliun terhadap perekonomian Indonesia, dengan penghasilan rata-rata mitra Go-Ride dan Go-Car naik 45% dan 42% setelah bergabung dengan Gojek, dan volume transaksi UMKM Kuliner naik 3.5 kali lipat semenjak menjadi mitra GoFood.

Pada tahun 2017, Gojek masuk dalam Fortune’s Top 50 Companies That Changed The World, dan mendapatkan peringkat 17. Pada tahun 2019, Gojek kembali menjadi satu-satunya perusahaan Asia Tenggara yang masuk ke daftar Fortune’s 50, dan naik ke peringkat 11 dari 52 perusahaan kelas dunia.

Organisasi Internasional

Bersama dengan Melinda Gates dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, Nadiem menjabat sebagai salah satu komisaris Pathways for Prosperity for Technology and Inclusive Development yang fokus membantu negara-negara berkembang untuk beradaptasi dengan berbagai inovasi baru dunia digital yang mengubah budaya bekerja.

Pernikahan Nadiem

Nadiem Makarim menikahi seorang wanita cantik yang bernama Franka Franklin pada tahun 2014 lalu.


Biodata Nadiem Makariem
Nama
Nadiem Makarim
TTL
Singapura, 4 Juli 1984
Orangtua
Nono Anwar Makarim (ayah)
Atika Algadrie (ibu)
Pasangan
Franka Franklin (istri, 2014)
Pendidikan
Foreign Exchange di London School of Economics
International Relations di Brown University, Amerika Serikat
Harvard Business School , Harvard University
Karier
Co Founder & Managing Direktor Zalora Indonesia
Chief Innovation Officer Kartuku
Bussiness Consultan , Mckinsey & Company
Founder & CEO GO-JEK (2011-2019)
Mendikbud (2019-Sekarang)

Biografi Nadiem Makarim, Pendiri Gojek Kini Jadi Mendikbud Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Andita

0 comments:

Post a Comment