Kisah Sukses Warga Padukuhan Mangunan Bantul Lepas dari Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di D.I. Yogyakarta pada Maret 2019 mencapai 448,47 ribu orang atau 11,70 persen terhadap total penduduknya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.780 orang dibandingkan dengan kondisi September 2018, yang jumlahnya mencapai 450,25 ribu orang.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah DIY untuk mengurangi angka kemiskinan di wilayah Yogyakarta. Bahkan pengurangan Angka kemiskinan menjadi pekerjaan rumah bagi semua instansi pemerintah. Karenanya penanggulangan kemiskinan dijadikan isu-isu lintas sektoral.
Sebuah anomali memang terjadi sejak beberapa tahun terakhir dimana meskipun angka kemiskinan tergolong tinggi bahkan lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional namun angka kebahagiaan di wilayah ini termasuk yang paling baik di Indonesia.
Salah satu yang paling banyak membantu dalam mengurangi angka kemiskinan adalah sektor pariwisata. Di mana sektor ini memang mampu membuka lapangan pekerjaan serta juga sektor usaha.
Seperti di wilayah Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Dalam 3-4 tahun terakhir, industri pariwisata di Kecamatan Dlingo berkembang dengan pesat. Puluhan spot wisata terus bermunculan hampir setiap tahunnya.
Dlingo kini telah berubah menjadi ikon pariwisata di Kabupaten Bantul. Hampir setiap akhir pekan, jalan menuju ke wilayah Dlingo selalu diwarnai kemacetan. Karena ribuan kendaraan selalu datang untuk menikmati wisata berbasis alam di kecamatan ini.
Dampaknya, sektor perekonomian wilayah ini menjadi menggeliat. Banyak bermunculan usaha-usaha wisata baru yang berada di lokasi ataupun jalur menuju ke obyek wisata di kawasan Dlingo. Dan perlahan-lahan, angka kemiskinan di wilayah inipun terkikis.
Contohnya adalah Padukuhan Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo di mana di wilayah ini ada destinasi wisata baru yang bernama Kaki Langit. Sejak dikembangkan tahun 2015 lalu, wisata Kaki Langit mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan kaki langit ini.
Ketua Pengelola Desa Wisata Kaki Langit, Sumijan menuturkan, dengan adanya wisata Kaki Langit tersebut, kini setidaknya sudah ada 65 rumah penduduk yang dijadikan Homestay, dengan jumlah kamar 128 buah.
"Semuanya sudah berstandar nasional," ujarnya, Senin (15/7/2019).
65 homestay tersebut semuanya rumah milik pribadi warga setempat. Pemerintah DIY hanya memberikan bantuan WC duduk agar homestay tersebut masuk ke dalam kategori standar nasional.
Tahun 2015 itu juga, warga Padukuhan Mangunan mendapat bantuan Rp 500 juta dari pemerintah DIY. Dengan bantuan tersebut masyarakat padukuhan Mangunan mampu menyulap sawah tidak produktif di sekitar Sendang (mata air) menjadi Pasar Semi Kaki Langit.
Pasar Semi adalah pusat kuliner yang buka setiap Sabtu dan Minggu. Di pasar ini, selain berbagai kuliner tempo dulu bisa didapatkan, beberapa faslitas lain juga bisa dijumpai. Bahkan ampieteather juga terdapat digunakan sebagai lokasi pertunjukkan.
"Ratusan warga terlibat di sini. Kalau yang punya homestay, tidak terlibat dalam pasar kuliner,"t uturnya.
Sejak wisata kaki langit menggeliat, penduduk yang dulunya petani tadah hujan dan juga tukang kayu, kini banyak beralih terjun ke dalam industri pariwisata. Kini banyak warga yang memiliki pendapatan berlipat dibanding profesi sebelumnya.
Kepala Dukuh Mangunan, Suyadi, mengakui jika pariwisata memang menjadi pendongkrak perekonomian masyarakar Padukuhan Mangunan. Awaknya, 739 jiwa yang terbagi dalam 230 Kepala Keluarga dan separuh atau 50 persennya masuk kategori miskin.
"Namun sejak pariwisata berkembang 4 tahun terakhir, kini tinggal 30 Kepala Keluarga masuk kategori miskin. Tetapi itu masih bisa makan lho," ungkapnya.
0 comments:
Post a Comment