Kisah Pendiri Twitter Drop Out Kuliah hingga Sukses Jadi Miliarder, Jack Dorsey
Twitter kini menjadi salah satu media sosial yang banyak digandrungi oleh anak muda di dunia. Tak hanya anak muda, para orang terkenal dunia juga turut menggunakan Twitter.
Sebut saja presiden AS, Donald Trump, presiden Indonesia, Joko Widodo, hingga artis papan atas dunia seperti Katy Perry dan Taylor Swift. Tak ketinggalan juga para pengusaha terkenal seperti Bill Gates, Elon Musk dan lainnya.
Adanya Twitter ini tak lepas dari perjuangan Jack Dorsey dan ketiga rekannya dalam mendirikan Twitter. Kisah sukses Jack dalam mendirikan Twitter dan juga Square, sebuah perusahaan layanan keuangan dan pembayaran seluler, patut untuk diacungi jempol.
Sederet prestasi pun pernah ditorehkan oleh Jack. Di tahun 2012, ia mendapat penghargaan Innovator of The Year Award di bidang teknologi oleh The Wall Street Journal. Di tahun yang sama, ia juga mendapat penghargaan Founder of The Year di 5th Annual Crunchies Awards yang diselenggarakan oleh TechCrunch.
Jack Dorsey lahir di St. Louis di Missouri USA pada 19 November 1976. Kesukaannya terhadap komputer sudah terlihat sejak dia masih remaja, dimana ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mempelajari versi pertama dari IBM.
Jack di masa kecil dikenal sebagai sosok yang pendiam. Hal ini dikarenakan ia sulit berbicara dan akhirnya lebih memilih untuk diam. Untuk mengobatinya, Jack sengaja untuk mengikuti lomba-lomba pidato. Dan setelah mengalami beberapa kali kegagalan, Jack mampu untuk berbicara dengan normal.
Bangku kuliah tampaknya memang bukanlah sebuah jaminan apakah seseorang akan berhasil di masa depannya atau tidak. Terbukti dari Jack yang dua kali drop out dari bangku kuliah, yakni dari Missouri University dan juga New York University. Namun, Jack terbukti tetap berhasil meraih mimpinya.
Ada sebuah kisah menarik dari Jack ketika ia melamar ke sebuah perusahaan bernama Dispatch Service Management. Jack memilih untuk membajak sistem keamanan perusahaan, lalu mengirim email kepada manajer perusahaan bagaimana caranya untuk membetulkan celah yang berhasil dibajak oleh Jack. Alih-alih dilaporkan ke pihak berwajib, Jack justru direkrut menjadi pegawai di sana.
Sempat berpindah ke perusahaan yang bernama Odeo, di sana Jack bertemu dengan rekan kerjanya yang bernama Evan William yang juga merupakan salah satu pendiri Twitter. Ide dari Twitter sendiri sebenarnya telah dituliskan Jack dalam sebuah buku catatan, namun buku tersebut tertimbun oleh banyaknya barang-barang.
Saat sedang membersihkan barang-barangnya, Jack menemukan buku tersebut dan memutuskan untuk mulai merealisasikan mimpinya. Jack memiliki keinginan untuk membagikan ide tersebut dengan teman-teman lamanya, namun mereka semua terpisah jauh.
Jack dan rekannya pun akhirnya memutuskan untuk menciptakan Twitter sebagai sarana berbagai pikiran walau dengan lokasi yang berjauhan. Hebatnya lagi, ide ini hanya diciptakan dalam waktu dua minggu saja.
Setelah sukses dalam mendirikan Twitter, Jack pun mencoba mendirikan perusahaan layanan keuangan bernama Square. Square pun berhasil dijalankan dengan baik oleh Jack, bahkan pada tahun 2012 mendapatkan investasi dari kedai kopi ternama Starbucks.
Jack mengatakan bahwa rahasia dari kesuksesannya adalah menjadi disiplin dan terjadwal Walaupun ada gangguan Jack tetap berusaha untuk fokus pada apa yang sudah menjadi jadwalnya.
Jack menghabiskan waktu delapan jam di Twitter, kemudian bekerja lagi selama delapan jam di Square. Kedua perusahaannya tersebut berkembang pesat, dan tentu membutuhkan komitmen penuh.
“Satu-satunya cara untuk bekerja selama 16 jam penuh adalah dengan menjadi sangat disiplin dan rencanakan jadwal kerja Anda,” ungkap Jack.
Di bulan April lalu, Jack berjanji akan memberikan US$ 1 miliar, sekitar 28% dari kekayaannya, untuk hal-hal yang terdampak COVID-19.
0 comments:
Post a Comment