Kisah Sukses CEO Sensio Shae Hong, Bangkit Setelah Bangkrut dan Rugi Rp 42 M
Akrab dengan kegagalan ketika mengembangkan bisnis, Shae Hong tetap terus bangkit. Adapun pertama kali, bisnis yang dibangun Hong adalah ePods, sebuah perusahaan pembuat produk tablet terdahulu. Perusahaan itu bangkrut 2001 silam dan sempat membuat Hong kelimpungan.
Akan tetapi, tak hanya mencukupkan langkahnya sampai di situ, Hong bangkit dan menggandakan semangatnya berkali-kali lipat dengan memulai petualangan baru: ia membuka sebuah usaha yang bergerak di bidang peralatan dapur dan rumah.
Sayang, nasib baik tetap belum berpihak pada Hong. Usaha yang bernama Amana itu bangkrut pula pada tahun 2002 dan dibeli lisensinya oleh Maytag, sebuah merek peralatan rumah dan komersial ternama di Amerika Serikat.
Dalam membangun Amana, Hong telah kehilangan hampir US$ 3 juta atau setara Rp 42 miliar (kurs 14.000), yang US$ 0,5 juta di antaranya ialah yang diinvestasikan oleh Hong dan orang tuanya untuk biaya sewa rumah. Dalam masa-masa sulit itu, ia juga pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan J.C Penney untuk menjual blender, mixer, dan pemanggang roti. Namun, setelah tiga tahun penuh kerja gila-gilaan, Hong akhirnya mesti ikhlas merampungi bisnis itu.
Menghadapi kondisi sulit semacam itu, Hong praktis merasa amat kecewa. Namun, melihat fakta bahwa ayahnya ialah seorang pengusaha sukses di Amerika Serikat, ia jadi tak patah arang.
Ayah Hong pada awalnya hanyalah seorang imigran ‘bermodal koper’ dari Korea yang pindah ke negeri Paman Sam. Namun, berkat kerja keras dan kemauan hidup prihatin, ia akhirnya bisa sukses menjalankan bisnis di sana.
Dilatarbelakangi hal itulah, gairah Hong terhadap bisnis masih mengembara di dalam hatinya. Hingga pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria bernama Danny Lavi yang menjadi mitra bisnisnya.
Melalui pertemuan dengan Danny, Hong mendapat banyak bekal untuk kembali menekuni bisnis peralatan rumah tangga yang sebelumnya sempat membuat ia gagal. Hong tak mau lagi menekuni kesalahan yang sama, di samping pula lewat Danny, ia mendapat tambahan modal untuk membangun sebuah perusahaan baru yang masih berfokus pada produksi peralatan rumah tangga.
Benar saja, berkat keuletan dan sifatnya yang tak gampang menyerah, Hong kini sukses menjadi CEO Sensio, sebuah perusahaan pemasok kebutuhan rumah tangga yang nilai asetnya mencapai US$ 150 juta atau setara Rp 2,1 triliun.
Kini, setelah dua kali mengalami kegagalan bahkan bangkrut, Hong telah sukses mendirikan kantor pusat Sensio yang berada di New York pada tahun 2003 lalu. Bahkan, Sensio telah meraksasa dan memiliki lima merek dagang, termasuk di dalamnya yang dikembangkan dan diberi nama sesuai nama koki terkenal Gordon Ramsay. Produk perusahaan itu telah didistribusikan di jaringan retail besar dunia seperti JC Penney, Macy's, dan Walmart.
Maka, di usianya yang masuk 42 tahun, Hong betul-betul tak menyia-nyiakan waktunya untuk akrab dengan kegagalan. Kini, waktu telah membayar perjuangannya.
0 comments:
Post a Comment