Kisah Perry Tristianto, Raja Factory Outlet yang Pernah Dilanda Kebangkrutan
Menggeluti bisnis bukanlah suatu hal yang gampang. Kreativitas dan pandai membaca pasar adalah salah satu cara untuk bisa terus berkembang dalam berbisnis. Bermodalkan kedua hal itu, ada celah untuk mendapatkan keuntungan dan pasar yang lebih besar.
Hanya saja sebelum membicarakan gagasan kreatif dalam berbisnis, tentunya terdapat satu fase penting, yakni pengambilan keputusan atas risiko yang bisa didapat. Pengorbanan bisa saja terjadi jika kita ingin memulai bisnis, entah itu tenaga ataupun karier yang sudah mapan.
Barangkali nama Perry Tristianto jarang terdengar di telinga banyak orang, tapi belum tentu dengan sederet bisnis yang dimilikinya. Ia adalah pengusaha asal kota Bandung, Jawa Barat, dengan bisnisnya yang berada di berbagai sektor.
Salah satu julukan yang dimilikinya adalah “Raja Factory Outlet” (FO). Factory Outlet sendiri menjual pakaian berkualitas ekspor dengan berbagai macam merek. Perry memiliki 27 Factory Outlet pada tahun 2018 yang beberapa ada di Jalan Sukajadi, Jalan Riau, dan Jalan Dago di Kota Bandung yang di mana setiap FO bisa meraup omzet hingga miliaran rupiah dalam sebulan.
Kemudian di sektor kuliner, Perry memiliki beberapa yang di antaranya adalah All About Strawberry dan Rumah Sosis yang sama-sama berada di Bandung. Adapun untuk sektor pariwisata, Perry adalah pemilik dari beberapa tempat wisata kenamaan di kota Bandung, yakni De Ranch, Farm House, dan Floating Market.
Bisnis Perry yang menggurita, tentunya tidak berkembang dengan begitu saja. Ia memang sudah mengenal bisnis sejak lama, ketika usianya masih muda.
Menggeluti bisnis sejak muda
Pria kelahiran Bandung, 22 Februari 1960 ini sudah bekerja sejak ia duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD). Perry dipercaya untuk ikut menjaga toko kelontong milik orang tuanya yang terus ia lakukan hingga ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dalam menjalani bisnis, Perry juga terbilang berani. Ketika teman-temannya duduk di bangku kuliah, ia memutuskan untuk keluar dari Universitas Parahyangan setelah menempuh 2 tahun kuliah dan memilih untuk beternak ayam. Adapun modalnya ia kumpulkan dari usahanya berdagang roti dan kaos.
Berkat omzet dari beternak ayam, Perry mampu untuk membiayai kuliahnya sendiri. Universitas yang ditujunya pun tidak tanggung-tanggung, Perry mengambil jurusan Administrasi di Stamford College, Singapura, selama 2 tahun.
Sempat bangkrut
Tantangan dan kegagalan merupakan fase yang biasa ditemui pada kisah dari tokoh yang ada di dalam profil orang sukses. Dalam memperjuangkan mimpi mereka, kegagalan bisa saja terjadi, tapi mereka mencoba untuk tetap bangkit dari keterpurukan tersebut.
Perry pernah berbisnis studio rekaman yang di bawah PT Sinaga Mas Sempana dengan nama Alpine Record. Saat itu ia memiliki posisi sebagai direktur, Hanya saja bisnis tersebut tidak bisa bertahan karena masifnya pembajakan musik pada saat itu.
Meski begitu, Perry tetap mencari peruntungan lain. Masih berkaitan dengan musik, ia mencoba untuk masuk menjual kaos band. Kaos-kaos tersebut ia jual dengan cara menitipkannya ke studio rekaman musik. Selain menitipkan dagangannya di toko musik, ia juga menjual pakaian di Bogor, Depok, dan Bekasi.
Bisnis fashion miliknya melesat ketika ia mencoba peruntungan untuk berjualan jins di Jalan Cihampelas, Bandung pada tahun 1989. Gerai jins yang bernama Garuda Jins milik Perry berhasil menjadi trendsetter atau penggebrak dalam bisnis fashion di kota Bandung saat itu.
Keberhasilan yang didapat oleh Perry tidak membuatnya berhenti. Tahun 1995 ia membuka Factory Outlet pertamanya di Jalan Otten, Bandung. Ide Factory Outlet itu terinspirasi dari berkembangnya Factory Outlet di Amerika Serikat.
Ia membuka Factory Outlet dengan pakaian yang berasal dari sisa barang ekspor yang ia dapat dengan harga murah. FO ini seakan beranak pinak dan meramaikan kota Bandung sebagai kota pariwisata. Adapun beberapa nama Factory Outlet milik Perry adalah The Secret, The Summit, dan Hijab Story.
Setelah besar di bisnis fashion, Perry mulai merambah ke bisnis kulinernya. Ia membuka All About Strawberry pada tahun 2002 dan Rumah Sosis pada tahun 2004. Seakan pandai melihat peluang, Pria itu juga mulai membangun bisnis pariwisata dengan target pasar yang berbeda-beda.
De Ranch diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman berkuda, Bandung Floating Market untuk kuliner, dan Farm House Lembang dibuat sedemikian rupa untuk memuaskan keinginan pengunjung dalam berfoto.Yang terbaru, Perry membuka The Greater Asia Afrika pada akhir tahun 2019 lalu.
0 comments:
Post a Comment